DokterSehat.Com– Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal berjudul United European Gastroenterology Journal mengungkap sebuah fakta mengejutkan, yakni 16 orang diminta untuk menjadi ‘vampir’ dengan cara meminum darahnya sendiri demi mencari tahu cara yang tepat dalam mendiagnosis masalah kesehatan pencernaan seperti penyakit Crohn.
Dilansir dari Live Science, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui fungsi dari protein bernama calprotectin di dalam saluran pencernaan. Protein ini cenderung muncul tatkala usus di dalam tubuh mengalami peradangan. Selain itu, protein ini juga akan bisa ditemukan di dalam kotoran dan menandakan bahwa di dalam perut sedang terjadi pendarahan.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan mampu menghitung seberapa banyak calprotein di dalam kotoran para partisipan sehingga mampu menentukan apakah partisipan ini sedang mengalami pendarahan di dalam perut atau tidak.
Dari 16 partisipan yang dilibatkan, 12 diantaranya berjenis kelamin wanita dan sisanya adalah kaum pria. Mereka kemudian diminta untuk meminum darah dengan jumlah 100 ml dan 300 ml. Satu bulan kemudian, para partisipan yang mengonsumsi darah 100 ml diminta untuk meminum darah dengan jumlah 300 ml.
Sebaliknya, partisipan yang sebelumnya diminta untuk minum 300 ml darah kemudian diminta untuk minum darah dengan ukuran 100 ml. Selain meminumnya secara langsung, sebagian partisipan juga menyuntikkan darah ini langsung ke perutnya dengan peralatan khusus.
Sebagian partisipan mengaku mengalami gejala mual-mual, diare, atau bahkan konstipasi setelah minum darah. Bahkan, ada partisipan yang menyebut kotoran BAB mereka memiliki warna sangat gelap yang menandakan bahwa ada darah di saluran pencernaannya. Sampel kotoran para partisipan yang dikeluarkan 2 hari sebelum percobaan dimulai dan saat mereka menjalani penelitian pun diambil dan dibandingkan.
Hasilnya adalah, terjadi peningkatan kadar protein calprotectin di sampel kotoran partisipan setelah minum darah. Hanya saja, peningkatan ini tidak mencapai 200 mikrogram per gram yang menandakan bahwa terjadi peradangan pada usus.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, keberadaan protein calprotectin dalam jumlah tinggi bisa menandakan peradangan usus yang harus ditangani dengan tepat. Hanya saja, jika jumlah protein ini tidak terlalu banyak, dokter bisa mengecek gejala lainnya demi mendapatkan diagnosis yang tepat.
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.
Comments